Inovasi Pengendalian Konsumsi Rokok dan Stunting melalui Program KABAR BESTI (Keluarga Bebas Asap Rokok dan Bebas Stunting)
Konteks studi
- Merokok merugikan ekonomi dan kesehatan masyarakat
- Perilaku merokok anggota keluarga menjadi faktor penentu utama stunting balita di Sleman
- Anak yang mempunyai orang tua perokok kronis memiliki kemungkinan mengalami stunting 5.5% lebih tinggi
dibandingkan dengan anak dari orang tua bukan perokok
Ringkasan temuan studi
- Program KaBar BesTi berdampak positif terhadap pola konsumsi rokok komunitas bapak dan ayah balita. Sebagain besar (50%) ayah balita sudah mengalihkan uang rokok untuk kebutuhan gizi dan menabung dari uang rokok, ayah balita tidak merokok dalam rumah sebanyak 87.5%; ayah balita tidak merokok dekat bayi atau balita sebanyak 75%; ayah balita ingin berhenti merokok sebanyak 37.5%.
- Persentase stunting pada balita mengalami penurunan dari 25% ditahun 2022 menjadi 11,11% diakhir tahun 2023. Persentase ini sudah mencapai target nasional yaitu dibawah 14%.
Pendahuluan
Dampak konsumsi rokok bersifat multidimensi, mulai dari ekonomi keluarga hingga Kesehatan perokok dan keluarganya, termasuk kejadian stunting balita pada orang tua perokok. Konsumsi rokok pada keluarga miskin menyebabkan rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani
Anak yang memiliki orang tua perokok kronis memiliki probabilitas mengalami stunting 5.5% lebih tinggi dibandingkan dengan anak dari orang tua bukan perokok. Kondisi stunting ini akan menyebabkan penurunan kecerdasan/kognitif anak.
Perilaku ayah merokok di dalam rumah berhubungan signifikan dengan kejadian stunting (p<0,05). Studi pendahuluan menunjukkan bahwa determinan utama stunting pada balita di Kabupaten Sleman yaitu konsumsi rokok anggota keluarga. Tujuan : mengembangkan inovasi untuk mengendalian konsumsi rokok dan stunting balita melalui program kabar besti.
Baca Selengkapnya dapat dilihat